Tangga Menuju Langit Hati: Sebuah Perjalanan dari Zikir ke Rasa

 


Tangga Menuju Langit Hati: Sebuah Perjalanan dari Zikir ke Rasa

Pernahkah Anda merasa, di tengah riuh rendahnya dunia, ada sebuah ruang sunyi di dalam diri yang merindukan sesuatu? Sebuah kerinduan yang tak bisa dijawab oleh hiruk pikuk keseharian. Kerinduan itu adalah panggilan untuk pulang, menuju rumah sejati kita: rumah hati.

Perjalanan pulang ini bukanlah perjalanan fisik, melainkan sebuah pendakian batin, menaiki anak tangga spiritual yang membawa kita dari sekadar mengingat-Nya menjadi merasakan kehadiran-Nya. Mari kita coba cerna perjalanan indah ini, setahap demi setahap.

Anak Tangga Pertama: Membersihkan Rumah Hati

Bayangkan hati kita laksana sebuah rumah yang telah lama tak terurus. Debu-debu kekhawatiran, sarang laba-laba kegelisahan, dan perabotan dunia yang berantakan memenuhi setiap sudutnya. Bagaimana cahaya bisa masuk jika rumah ini gelap dan kotor?

Di sinilah peran zikir. Zikir adalah laku bersih-bersih spiritual kita.

Pertama, kita mulai dengan zikir "Allah, Allah, Allah...". Ini laksana kita mengetuk setiap dinding rumah hati kita, memanggil Nama Sang Pemilik Sejati. Dengan terus-menerus menyebut Nama-Nya, kita sedang mematri Nama itu di pusat kesadaran kita, menjadikannya fondasi yang kokoh.

Setelah itu, kita mengambil sapu pembersih agung: zikir "La ilaha illallah". Kalimat ini terbagi menjadi dua gerakan spiritual yang dahsyat. Gerakan pertama, "La ilaha" (Tiada tuhan), adalah ayunan sapu yang dengan tegas membersihkan semua "selain Dia"—segala berhala modern seperti cinta dunia, ketergantungan pada manusia, dan ego yang merasa berkuasa.

Lalu, pada gerakan kedua, "illallah" (selain Allah), kita meletakkan kembali satu-satunya Permata yang berhak berada di singgasana hati kita. Rumah itu kini bersih, lapang, dan siap menerima Cahaya-Nya.

Anak Tangga Kedua: Membuka Jendela Menuju Semesta

Setelah rumah hati bersih, kita tidak hanya berdiam diri di dalamnya. Kita mulai membuka jendela-jendelanya untuk merasakan dunia di luar sana dengan cara yang baru. Inilah tahap Muraqabah, tahap di mana kita beralih dari zikir yang aktif menjadi perenungan yang hening dan reseptif.

Jendela pertama yang kita buka menghadapkan kita pada pemahaman bahwa Dia bersama kita, di mana pun kita berada. Kita memandang langit, merasakan angin, menyentuh bumi, dan menyadari bahwa kehadiran-Nya meliputi semuanya. Tak ada satu daun pun yang gugur tanpa sepengetahuan-Nya. Rasa ini melahirkan ketenangan yang luar biasa, karena kita tahu, kita tak pernah sedetik pun sendirian.

Kemudian, kita membuka jendela kedua yang menghadap ke dalam diri. Di sini, kita menemukan sebuah kebenaran yang mengejutkan: ternyata Dia lebih dekat daripada urat leher kita sendiri. Kehadiran-Nya bukanlah sesuatu yang jauh di Arsy, melainkan sebuah keintiman yang menyatu dengan setiap detak jantung dan helaan napas kita. Rasa ini melahirkan cinta dan kehangatan yang tiada tara.

Puncak Pendakian: Melebur dalam Cahaya

Di puncak perjalanan, setelah menyadari kehadiran-Nya di mana-mana dan di dalam diri, ada satu kesadaran terakhir yang menanti. Kesadaran akan Keesaan-Nya yang Mutlak, seperti yang diajarkan dalam Surah Al-Ikhlas.

Di sini, tak ada lagi "aku" dan "Dia" yang terpisah. Yang ada hanyalah Dia. Ini adalah pengalaman puncak di mana setetes embun kesadaran kita akhirnya kembali kepada Samudra Cahaya Ilahi yang tak bertepi. Para pencari menyebutnya Fana', sebuah "peleburan" yang bukan berarti kehilangan, melainkan menemukan diri kita yang sejati di dalam-Nya.

Dan dari Samudra itu, kita diperkenankan untuk kembali memandang dunia. Namun kini, kita memandang dengan Mata-Nya, bertindak dengan Kuasa-Nya. Inilah keadaan Baqa', di mana setiap tindak tanduk kita bukan lagi didorong oleh ego, melainkan menjadi cerminan dari Kehendak-Nya yang Indah.

Perjalanan ini mungkin terdengar agung, namun ia selalu dimulai dari satu langkah kecil: satu kali zikir yang tulus, satu detik perenungan yang hening. Semoga kita semua diberi kekuatan untuk meniti tangga menuju langit hati kita masing-masing.

Comments

Popular posts from this blog

Bersamalah kamu dengan Allah

Rahasia Metode Doa Sufi: Memanfaatkan Waktu untuk Fokus kepada Allah SWT

Menggali Makna Mistis Buraq Isra Mi'raj dalam Tradisi Sufi